Kisah di Balik Mistis TPU Jeruk Purut Kehidupan Seorang Kuncen

Kisah di Balik Mistis TPU Jeruk Purut
Kehidupan Seorang Kuncen



            Kesunyian mengantarkan gerak langkah kaki dari seorang pekerja malam, hentakan bumi disertai gerak dedaunan yang jatuh dari ketinggian terayun-ayun di dibawa oleh angin sebelum akhirnya menjadi sampah jalanan. Ringkikan suara malam yang sering terdengar dikala cahaya langit yang redup, siulan serta hempasan ranting tua dan gumaman dari celah ranting pepohonan yang telah berusia puluhan tahun, tertangkap oleh gendang telinga seorang penjaga malam di setiap hitungan langkah kakinya. Terlepas dari kehidupan sosialnya dan berpindah alih menjadi sahabat dari mahluk yang tidak dikenal keberadaannya telah menjadi saksi bisu dari kerasnya kehidupan yang dilalui oleh seorang lelaki bernama Eko Santoso, beliau telah berusia 58 tahun, dan telah mengeluti profesinya sebagai juru kunci (kuncen) dari tahun 90-an di Tempat Pemakaman Umum bernama Jeruk Purut yang berlokasi di daerah Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Madrasah, Cilandak Kota Jakarta Selatan.
                
         Eko Santoso atau akrab di sapa dengan panggilan Babe ook, seorang kuncen yang senantiasa bekerja dengan ikhlas tanpa harus meminta imbalan. Babe ook bertugas menemani beberapa orang yang datang berkunjung untuk sekedar uji nyali atau mencari benda-benda pusaka, terkadang membantu membersihkan pemakaman yang dimulai dari  gelapnya langit hingga datangnya sedikit cahaya dari timur.
                
         Kehidupan babe ook bisa dikatakan jauh dari kata sejahtera, di tahun 2000-an beliau mengalami kesulitan untuk menafkahi keluarganya yang terdiri dari 13 anggota keluarga. Karena sulitnya perekonomian dan sedikitnya pengunjung yang datang ia berusaha mencari pekerjaan serabutan hanya untuk memenuhi nafkah keluarga. Dengan tekat yang tak pernah patah arang ia jalani kehidupan dan tugas dunianya.
“kira-kira berapa sih upah dari seorang kuncen ? tentunya hanya cukup untuk makan sekeluarga, itu pun nggak semua pengunjung ngasih, kalo ada yang kasihan ya terkadang di berikan lebih. Makanya untuk nyambung hidup babe cari kerja serabutan pada siang hari, kaya bikin meja buat jualan, intinya bantu-bantu tetangga juga sih”. Ungkapnya.

         Bekerja menjadi kuncen TPU Jeruk Purut ia jalani dengan keikhlasan, didorong dari amanah bapak, kakek beserta keluarganya yang menjadikan babe ook tetap bertahan untuk menjalankan tugas sosialnya.
                
          Babe ook mengungkapkan dirinya merupakan generasi ke-3 yang sebelumnya adalah kakek dan bapaknya yang juga seorang kuncen di TPU Jeruk Purut, sebelumnya beliau pernah bekerja menjadi seorang karyawan golf di lokasi Pondok Indah pada tahun 1977, pada tahun 90-an babe ook memulai pekerjaan menjadi seorang kuncen dan melepas pekerjaan golfnya pada tahun 1995 yang dikarenakan kesulitan menjalankan dua pekerjaannya. Dirinya pun tidak menyadari kenapa ia terpilih untuk menjalan pekerjaan seorang kuncen, padahal ia paham betul pekerjaan menjadi kuncen bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan sembarangan, sebab pekerjaan ini akan berhubungan dengan dunia di luar dunianya.
“dipilihnya melalui batin antara bapak sama babe”ungkapnya.

          27 tahun ia tekuni pekerjaan ini, mesti dengan upah yang tidak sebanding dengan tugas sosialnya. Ancaman beserta keganjelan yang aneh menghampiri kehidupannya harus ia tanggung bersama-sama dengan keluarganya.
“hal anehnya, ya terkadang lagi tidur enak-enak, terus tersintak karena dapat mimpi yang aneh. Biasanya sih, pesan dari kuburan-kuburan yang tidak dirawat lagi oleh pihak keluarga. Pernah suatu kejadian ada pemakaman baru, tali pocongnya itu nggak dilepas oleh pihak keluarga, tepat pada pukul 24.00 tuh pocong keliling kampung, masyaallah masyarakat pada bilang kebabe, ya mau nggak mau karena babe kuncen terpaksa sampe shubuh babe kejar tuh pocong”.
                 
        Dalam menjalankan pekerjaan tentu akan banyak lika-liku kehidupan suka maupun duka yang dilalui babe ook, mulai dari berhadapan dengan orang-orang yang sombong dan suka menantang akan adanya mahluk-mahluk astral, diganggu, bahkan sering berkomunikasi dengan mahluk-mahluk astral yang secara kasat mata akan sangat terlihat jelas. Dirinya juga merupakan tempat untuk menyampaikan pesan dari orang-orang yang sudah meninggal disaat ada keganjelan usai pemakaman, yang disampaikan melalui mimpi.
                
        Pekerjaan menjadi kuncen memang berat, selain mental dan fisik yang uji, keimanan dan kesabaran adalah kunci dari pekerjaan ini. Sebab pekerjaan ini akan di uji dari hadirnya beberapa benda-benda pusaka yang tentunya akan menimbulkan sifat musyrik.
“pernah di sumur tua babe lagi keliling ngeliat ada cahaya warna putih pas di atas sumur, babe deketin bentuknya kaya mahkota cuman ada bola Kristal di atasnya, tapi nggak babe ambil, babe cuman bilang yaudah ane udah liat, salam kenal aja. Nah lo tiba-tiba tuh Kristal masuk lagi kedalam sumur, berselang waktu 10 detik ilang cahayanya”. Ujar babe ook dengan logat betawinya.
               
      Babe ook juga mengungkapkan dikala tugas pada malam hari, saat berkeliling keseluruh pemakanam, sekalian mengontrol orang-orang yang datang tanpa izin untuk sekedar uji nyali atau mencari benda-benda pusaka tentunya akan melewati beberapa tempat-tempat yang angker, seperti pohon benda, makam kramat, sumur tua dan pohon kembar, disetiap tempat tentunya akan selalu dijahili oleh penghuni disana terkadang telinga disentil, pipi dielus, bahkan ada yang melempari ranting, selain itu suara-suara aneh pun sering terdengar dari pohon tua, rintihan tangis dari kuburan-kuburan baru, anehnya ada yang menampakkan wujudnya dan meminta rokok, dan wujud dari benda-benda pusaka seperti batu yang mengeluarkan cahaya.
“biasanya ada nenek-nenek yang berambut panjang, duduk di kuburan menghadap pohon benda, tuh nenek sering banget minta rokok lima batang ke babe”.pungkasnya babe ook.
               
      Keberhasilan pekerjaan ini tentunya tidak akan lepas tanpa adanya dukungan keluarga, serta ikhlas menjalankan tugas semata-mata mencari keberkahan, terbukti beliau telah berhasil menafkahi 12 orang anaknya yang sekarang sudah memilih jalannya masing-masing, bahkan kini beliau telah memiliki 9 cucu.
“Alhamdulillah, yang terpenting ikhlas, semata-mata mencari ridho allah. Sebab hidup tanpa keridhoan hanyalah kehampaan”. ujarnya
                
      Pekerjaan menjadi kuncen ia geluti semata-mata karena keikhlasan, terkadang kelelahan di badan takkan terbayar dengan pekerjaan yang ia geluti saat ini, disela kesibukannya disiang hari, dan waktu istrahatnya dimalam hari terganggu karena datangnya tamu yang ingin berobat sekedar melepaskan rasa penasaran.
“namanya juga tugas, tentunya kita harus bertanggung jawab walaupun dalam keadaan lelah”. Pungkasnya.

Jeruk Purut, 9 Apr 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM FEED

@pesonamata