NASKAH DRAMA
PUTI GONDORIAH
“Adaptasi
Kaba Anggun Nan Tongga”
TEATER LANGKAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
Pemain :
Puti
Gondan Gondoriah : kekasih Anggun Nan Tongga
Anggun
Nan Tongga : Putra Mahkota ( kekasih Gondan Gondoriah)
Ameh
Manah :
Ibu Gondan Gondoriah
Kambang
Malang : Adik Gondan Gondoriah
Ninik
Tuo : Mamak Gondan
Gondoriah
Nangkodo Baha : lelaki perkasa, penakluk
negeri ( suami Intan Korong)
Intan Korong : Perempuan
Makasar, sahabat Gondan ( Istri Nangkodo Baha )
Pandendang
Awak
BABAK
I
Disusun
jari nan sapuluah
Yo
nan sabaleh jo kapalo
Kami
nan ketek baru tumbuah
Sambuiklah
salam dek saudaro
Tarantang titian batang manau
Jan diambiak ka pamenan
Badan tahanta dikoto tanau
Pangana nan di tiku pariaman
Bagageh manti jo penghulu
Dicari
malah carano gadang
Cukuik
jo siriah salangkoknyo
Untuak
panyambuik tuan tongga datang.
Berbunyi Gandang
Tambua orang kampung Tiku Pariaman, upacara penyambutan kedatangan Anggun Nan
Tongga.
PROLOG
Sementara Puti Gondan
Gondoriah yang sedang duduk di Kamar sambil menyulam baju, datanglah si Kambang
Malang yang bergegas-gegas, dengan nafas sesak usai berlari. Memberikan kabar
ke Puti Gondan Gondoriah, bahwa kekasihnya Anggun Nan Tongga telah datang di
kampung Tiku Pariaman.
KAMBANG :
Puti
Putiiiiiiii
Puti
Gondan Gondoriah
Putiiiii
Puti
Gondan Gondoriah.
GONDAN :
(terdengarlah kambang yang teriak memanggil
namanya)
KAMBANG :
tidakkah
kau mendengar tambua berbunyi, sahut menyahut tabuh yang
banyak
di dalam kampung Pariaman ? tidak kah kau mendapat kabar,
bahwa
tuan Tongga telah datang !
GONDAN :
(mendengar kabar itu, berjatuhan lah air mata
gondan dan membasahi sulamannya).
KAMBANG :
Gondan,
kenapa kau diam ? segeralah berkemas, orang di dalam
Nagari
sudah sibuk untuk pergi menuju kualo nantun, melihat
kedatangan
tuan tongga dari laut seberang.
GONDAN :
iya,
aku mendengar dan mengetahui kedatangan putra Mahkota itu
kambang
KAMBANG :
lantas
mengapa kau diam ? lekaslah kau pergi untuk menemuinya, tak
rindukah
kau kepada kekasihmu, sekian lama cintamu menanti
kedatangan
Tuan Tongga.
GONDAN :
adikku
si kambang Malang, aku tidak akan menemuinya !
KAMBANG :
kenapa
?
GONDAN :
dia
telah pupuskan tali pengharapanku, penantian cinta yang telah ia
goreskan
didalam hatiku. Ia janjikan kepada aku sebuah
pengharapan
besar
sebelum seorang putra mahkota pergi merantau kepulau jawa.
Tapi
nyata dia ingkari sendiri, air jernih
yang telah diminumnya, bunga
kembang
yang telah dipersuntingnya. hina rasanya diriku, jika harus
menemui
putra mahkota. Oleh sebab itu aku akan menepati janjiku pergi
kegunung
ledang, tempat sakti dan angker, berdiam selama tujuh belas
bulan,
berjalan selama sepuluh hari, biarlah aku hilang di dalam hutan.
Untuk
menepati sebuah perjanjian.
KAMBANG :
(terkejut mendengar kata-kata gondan)
kakak ku puti gondan
gondoriah,
kenapa harus keputusan itu yang kau ambil ? pikirkan baik-
baik
keputusanmu, janji Nan Tongga memang telah berubah, mungkin
ada
sebabnya.
GONDAN :
ada
sebabnya atau tidak, yang terpenting ia sudah melukai hatiku.
KAMBANG :
seperti
itulah perempuan, tak ingin pernah mendengar sebuah alasan,
selalu
mengikuti perasaan. Lebih baik kau pikirkan baik-baik keputusan
konyolmu
itu gondan.
GONDAN :
adikku
kambang malang! hatiku sudah bulat ! tidak akan ada yang bisa
melarang
keputusanku! biarkan putra mahkota itu sadar dengan janji
yang
pernah diutarakannya kepadaku!
KAMBANG :
bundo
kandung dan ninik mamak akan menahan langkahmu Gondan !
GONDAN :
jika
mereka berani menahanku, darah akan tumpah ditengah rumah,
keris
akan menancap dipembulut darah, tidak takut nyawa akan
melayang,
jika itu sudah keputusanku !
(TERDIAM KAMBANG MENDENGAR KEPUTUSAN GONDAN, TAK
DAPAT TERTEGUN LANGKAH KAMBANG DENGAN PERKATAAN KAKANYA).
KAMBANG :
Gondan ! Gondan !
kalo itu sudah keputusanmu, pergi
lah Gondan dan akan aku amanatkan Anggun
Nan Tongga untuk menjemputmu ke Gunung Ledang.
(Masuklah Gondan Gondoriah kedalam Kamar, bersiap
untuk pergi menuju Gunung Ledang)
NINIK
TUO :
kemana
kau ? apa sebabnya kau tidak pergi ke kualo nantun, ikut
menyambut
kedatangan Tunanganmu? kau membuat mandeh
kanduang
marah !
(GONDAN TETAP MELANGKAH PERGI, TANPA MENGHIRAUKAN
PERKATAAN MAMAKNYA).
NINIK
TUO :
Gondan
!!! lancang kau pergi tanpa mendengar perkataanku,
kemanakan
tak tau di untung, tak tau sopan santun dan tata karma,
pergi
tanpa menampakkan mungka, padahal kau tau aku disini berdiri
dan
berbicara kepadamu !
GONDAN :
maaf
inyiak, bukannya maksud hati tak mendengar perkataanmu, bukan
maksud
lancang kepadamu, sebab hati tak ingin berjumpa dengan
Anggun
Nan Tongga. Oleh sebab itu aku tidak mengikuti penyambutan
kedatangan
putra mahkota atau yang disebut tunanganku, tapi …… aku
harus
pergi ke gunung ledang.
NINIK
TUO :
(terkejut) apa sebab hati kau tak ingin
menemui tunanganmu ?
GONDAN :
inyiak
Tuo akan tau sendiri usai bertemu dengan tuan Tongga, apa
alasanku
tak menemuinya.
NINIK
TUO :
apa
maksud hati kau berbicara seperti itu gondan gondoriah ! tak
seharusnya
kau lakukan hal semacam itu, kau temui anggun, kau ikuti
upacara
pernikahanmu dengan anggun nan tongga, dia telah bersusah
payah
pergi menarawang laut luas, menghantam ombak hanya untuk
kembali
kepadamu. Kini kau malah ingin pergi ke gunung, kampung rami
yang
akan kau tinggalkan. Gondan kembali lah kau ke kamar !
tinggalkan
niat bodohmu itu gondan.
GONDAN :
bagi
seorang perempuan, kesetian dan janjilah yang dipertaruhkan.
maaf
inyiak tuo, bukan maksud menetang inyiak, tapi hati yang telah
bulat
mengambil keputusan ini, kalo memang harus pulang, maka nama
Gondan
Gondoriah yang akan kembali, sebab sudah kelam rasanya
jalan di Tiku, terang jalan ke
gunung.
NINIK
TUO :
Nekad kau Gondan, tak pikir panjang
! masuk kau kedalam kamar ! nantikan
kedatangan Tunanganmu !
(NINIAK TUO MENYURUH
GONDAN MASUK KE KAMAR)
Gondan :
Apa yang mesti aku ucapkan lagi, apa
yang mesti ku perbuat, janji yang telah ingkar, penantian yang sia-sia !! mengapa
peristiwa ini harus terjadi ? lelaki
yang telah bercinta pasti lupa dengan janjinya, dari pelabuhan kualo nantun kesetiaan di uji. aku
takkan kembali pada pelukan abadimu !!
apakah aku masih mampu untuk
menangis ? menangislah, supaya lengkap
impian ini… menangislah ! pada puncak tangisan itu berharaplah kembali, inilah penantian yang terakhir ! yang
terakhir !!!
(GONDAN YANG TAK DAPAT MENAHAN DERU AIR
MATANYA, AKHIRNYA MENGAMBIL KEPUTUSAN PERGI KEGUNUNG LEDANG TANPA SEPENGETAHUAN
MAMAKNYA).
(DUDUK ANGGUN NAN
TONGGA DENGAN MAMAK BERBINCANG-BINCANG MEMBICARAKAN PERNIKAHAN DENGAN GONDAN
GONDORIAH, DITENGAH PERBINCANGANG DATANG KAMBANG YANG MEMEBAWA KABAR BAHWA
GONDAN HILANG DAN MELARIKAN DIRI KEGUNUNG LEDANG)
KAMBANG :
Mandeh ….. Mandeh …..
mandehhhhhh !!!
MANDEH :
Ada apa kambang? kenapa kau menangis
?
KAMBANG :
Gondan mandeh, Gondannnnn
MANDEH :
Ada apa dengan kakakmu ?
KAMBANG :
ampun mandeh kanduang, ampun ! Gondannnn,
Gondan pergi menuju gunung ledang.
NINIK TUO :
Apa !!!!
KAMBANG :
Aku
sudah menahannya, tapi tidak dapat melarangnnya,
hatinya keras seperti baja, bahkan aku di ancam, jika tetap mencoba menahan dirinya. Ondeh maaakkk, darah akan
berceceran, keris si rencong aceh akan
basilang dengan keris sati.
NINIK TUO :
Apa yang terjadi ? (menoleh ke
Anggun). Nan tongga kenapa kau diam?
ANGGUN :
satiah nan bakalian dalam, satiah
nan bagantuang tinggi. janji telah ingkar,
MANDEH :
Gondan Gondoriah …. anak kandung
gadis sematawang, pewaris tahta bundo
kandung pergi menuju gunung ledang, gunung yang dikenal sebagai gunung sakti dan angker. Entah selamat kembali pulang
entah hilang ditengah hutan. Jasad
tak dijumpai, nyawa telah melayang. (menangislah mandeh kandung)
NINIK TUO :
memang tidak ada yang bisa menahan
keputusan Gondoriah, dia tetap saja melaju
menuju gunung ledang, dengan hati yang keras dan kekecewaan yang mendalam. Ceritakan peristiwa apa yang terjadi, hingga Gondan mengambil keputusan
bodoh itu ?
ANGGUN :
Sebelum kapal berangkat kelaut
lepas, kami mengikat janji untuk selalu setia
menanti. Ia berikan aku 1 persyaratan sebagai tanda bukti cintaku kepadanya, ia minta aku untuk
membawakan 120 permainan, salah satunya
burung nuri yang pandai bicara. Ku telusuri berbagai pulau untuk memenuhi perjanjian itu, hingga bertemu
dengan puti Andami Sultan yang
memiliki burung nuri pandai bicara, ku minta burung itu, ia berikan aku satu persyaratan untuk
menikahinya, ku turuti permintaan Andami
Sultan. Tapi nyatanya burung itu lepas dan pergi ke Tiku Pariaman, membawa kabar bahwa aku telah
mempersunting Puti Andami
Sultan, dan Gondan menganggap aku telah mengkhianati perjanjian itu !
MANDEH :
kau
benar-benar kelewatan anggun. Kau mampu menyebrangi luasnya lautan, kau mampu membawa dan membebaskan
mamakmu yang hilang di rantau
orang, tapi kau tak mampu membawa janjimu kembali. kau biarkan kekasihmu lari dan hilang didalam hutan……
NINIK
TUO :
sudah,
cukup ! jangan diteruskan, biarkan anggun menenangkan dirinya terlebih dahulu, berpikir jernih untuk
meneruskan apa yang harus dilakukannya,
sebab cinta tidak akan selesai jika masih dalam amarah yang membara. Biar kita saksikan apa yang akan dilakukan
putra mahkota disaat
kekasihnya hilang !!
ANGGUN :
Aku akan mencari
Gondan Gondoriah. Walaupun sulit akan kujumpai. Kini aku tahu makna sebuah cinta. Belum akan dihargai seorang
lelaki, sebelum tangkai sapu
terlangkahi. Mandeh, aku takkan pulang bila gondan
tak kujumpai. Aku takkan pulang bila hanya malu yang akan kupikulkan dipundakku !!
(BERANGKATLAH ANGGUN
NAN TONGGA KE GUNUNG LEDANG UNTUK MENCARI GONDAN GONDORIAH)
NANGKODO BAHA :
Gondan Gondoriah
GONDAN :
Laksamana Nangkodo Baha ! mengapa
kau disini dan kenapa kau tak bersama
Anggun Nan Tongga ?
NANGKODO :
Puti
Gondan Gondoriah. Cerita panjang dari dua lelaki yang selalu bertahan pada harga diri.
GONDAN :
Sampaikan
semuanya padaku. Mengikuti perjalanan lelaki lewat cerita yang dibawanya akan lebih mempesona. Bagi
wanita itu lebih penting artinya.
Cerita tentang kesetiaan atau pengkhianatan ?
NANGKODO :
Gondan
Gondoriah. Siapakah lelaki yang sanggup mengikuti pelayaran, sementara berita buruk terus membayang di
perasaan.
GONDAN :
berita
Buruk ? berita buruk apa yang terjadi Laksamana ?
NANGKODO :
tak
ceritakah Nan Tongga kepadamu ? ia lakukan hal hina pada diriku, menghancurkan sebagian jiwa dan perasaanku.
Seorang wanita yang teramat kusayangi
bercumbu di geladak kapal bila cahaya laut telah memudar? Itulah yang Anggun Nan Tongga perbuat padaku.
GONDAN :
(semakin menggeledak perasaan Gondan,
mendengar cerita dari Nangkodo Baha)
Karena itu kau kembali sendirian ?
NANGKODO :
ya
!
GONDAN :
Sampaikan
semuanya padaku. Sekaligus mengurangi beban kekecewaan
yang telah kau deritakan sepanjang perjalanan. Boleh aku bertanya ? Siapa wanita yang kau sayangi
bahkan bercumbu pula dengan kekasihku ?
NANGKODO :
masihkah
kau ingat seorang wanita yang di panggil Puti Intan Korong.
GONDAN :
Puti
Intan korong! Tentu !
NANGKODO :
seorang wanita cantik asal makasar yang kau minta untuk menemani Anggun dalam perjalanan menyeberangi lautan.
Puti Intan Korong, Dia lah
istriku !
GONDAN :
haaaa, kau melucu Laksamana,
pantaskah semuanya kupercayai ? (melangkah gondan menuju kegunung ledang)
NANGKODO :
Kemana kau ?
GONDAN :
Menepati sebuah
perjanjian !
NANGKODO BAHA :
Kini aku mengetahui
segalanya. Nan Tongga Putra Mahkota dengan bangga
kembali keistana dan dengan langkah kepahlawanan dia menemui kekasih Gondan Gondoriah yang telah menuju jalan
kegunung ledang, saat itu dia akan
tahu apa artinya kekecewaan.
Gondan Gondoriah, kecewa Karena
Anggun telah membikin malu di rantau
orang. Mengawini wanita yang masih bersuami dan mengawini lagi seorang wanita yang entah dari
mana asalnya.
BABAK II
Aia bangih bukiknyo
taban
Rajo baarak jo palimo
Managih tanah jo
palimo
Manga dek gabak lalu
sajo
Kudo
sibungkuak dari jao
Jajak
tatingga disubarang
Di
urang mabuak bakutiko
Di
badan datang bakapanjangan
Kain batik raginyo
cindai
Tatunan anak
palembayan
Ombak cadiak
galombang pandai
Alun nan indak
kanampa’an
Bukik
bunian panjang tujuah
Dilipek
lalu panjang limo
Bukan
tinaman sagan tumbuah
Bumi
nan alun manarimo
ANGGUN :
kau kah itu kekasihku Puti Gondan Gondoriah,
putri kembang Tiku Pariaman ? apa yang
kau perbuat Gondan ditempat ini ? aku baru datang
menyeberangi laut yang luas. Orang-orang menanti di Kualo Nantun, tapi aku tidak melihat wajah indahmu
di hadapan ku, ku cari kau di berbagai
belahan, ternyata kau malah berdiam diri dan menunggu di puncak gunung, dengan perasaan yang sedih.
GONDAN :
Anggun Nan Tongga, dengan gelar
kemahkotaannya magek jabang abdurahman,
lelaki yang telah melintasi laut luas, berperang di rantau orang. kenapa kau temui aku ? datang kau untuk
menjemputku ? tak sudi rasanya
diriku harus berjumpa denganmu, biarkan saya tetap disini, berdiam diri selama tujuh belas
bulan, seperti apa yang telah kita janjikan
dan akhirnya kau ingkari. Bahkan tuan sudah bertemu dengan bunga kembang yang tuan persuntingkan
bernama Puti Andami Sutan.
(TERKEJUT ANGGUN MENDENGAR
KATA DARI GONDAN TENTANG KABAR PERSUNTINGAN).
ANGGUN :
Gondoriah, saya telah bersusah payah
melintasi laut luas, pergi merantau mencari
mamak yang hilang, tanda bukti pertanggung jawabanku sebagai kemanakan. Bahkan telah kubawakan seratus dua puluh permainan yang ku janjikan kepadamu.
GONDAN :
kau bawakan seratus dua puluh
permainan atas permintaanku kepadamu,
tapi semuanya telah kau korbankan, hati dan kekasihmu.
ANGGUN :
semua itu ku lakukan pertanda cinta
dan kasih sayangku kepadamu, memohon
kepada Andami Sutan untuk memberikan burung nuri yang pandai bicara, nyatanya Andami tidak ingin menyerahkannya, sebab burung itu tidak di jualnnya. Dia berikan satu
persyaratan, saya harus menikahinya. Ku
turuti permintaannya hanya untuk mendapatkan burung
nuri yang kau minta. Tapi nyatanya burung nuri yang pandai berbicara kabur dari sangkarnya dan
terbang menghampiri dirimu membawa
kabar bahwa aku telah mempersunting bunga kembang Puti Andami Sutan, lalu kau lari menuju gunung ledang, menganggap saya telah
mengkhianati perjanjian kita …….
GONDAN :
berhenti tuanku Anggun Nan Tongga!!
apa artinya sebuah janji yang kita ikhrarkan
kalau harus kau pungkiri, kau baharui segala makna, tapi kau lupa makna sebuah cinta. Aku menunggu
dalam kegelisahan di berbagai musim
dan waktu, sementara kau persunting bunga kembang yang cantik dan baik budi serta bahasanya. Bahkan Kau hancurkan pengharapanku, kau goreskan luka yang
mendalam dihatiku. Kau ikuti permainan
logikamu, tanpa kau sadari hati dan perasaanmu.
ANGGUN :
cukup Gondan !! yang kita deritakan
dalam percintaan adalah kesangsian,
kesangsian terhadap diri sendiri dan hidup itu sendiri.
GONDAN :
oleh sebab itulah, inilah gunung
ledang ! lambang dari kesaksian yang telah
kita ikat sebelum kapal kau pergi berlayar di laut luas ! dunia yang lain dari hati manusia.
ANGGUN :
cukup !!! aku selalu mengingat hal
itu Gondan, oleh sebab itu aku datang untuk
menjemputmu.
GONDAN :
Anggun
Nan Tongga Magek Jabang Abdurrahman Sultan Riayat Syah! Kusebut namamu yang keramat itu dengan selengkap-lengkapnya, sebagai seorang putra mahkota. Tapi bagiku
kau tetap lah Anggun. Seorang lelaki
seperti apa adanya. Sekiranya kau pulang tanpa membawa
mainan tapi kau tidak menghancurkan cinta kita, akan lebih berarti bagiku. Dari pada kau pulang dengan
segala kemenangan, sejuta mainan atau
makna-makna baru yang akan menyiksa hidupku. Wanita
memang ingin segalanya, termasuk mainan. Tapi itu sekedar kemanjaan, bukan suatu tuntutan. Cukup rasanya
kekecewaanku kepadamu Anggun. Buta matamu kena tombak dalam pertempuran, patah kakimu diterjang pedang lawan,
atau putih rambutmu karena lama
di perjalanan, kau akan tetap diterima wanita negeri ini. Tapi jangan datang untuk membanggakan diri.
Perkasa kau, aku tak minta perlindunganmu, berharta kau aku tak
minta kekayaanmu. Berani kau aku
tak akan melawanmu. Pulanglah kau ke istana megah dirimu. Ke mahkota pusaka warisan turunanmu. Biarkan
aku di sini, di Gunung Ledang bersama kesangsian
ini!
ANGGUN :
Gondan.
Haruskah kita memastikan sesuatu dalam kesamaran ? kau boleh curiga pada siapa pun, tapi untuk hal yang aku
katakan ini, aku berjanji pada
dirimu, aku bicara benar.
Kalo
kau tidak dapat mempercayainya, kau boleh tanyakan kepada sahabatmu puti intan Korong yang kau
percayai untuk menemani aku dalam
perjalanan laut. Itu tanda bahwa aku tidak mendustai percintaan ini.
Kini
kita bertemu kembali dalam satu nafas baru yang disebut dengan kepastian !
Gondan :
Kepastian
? kepastian apa yang dapat dipahami dari seorang lelaki ?
ANGGUN :
Kesetiaan!
GONDAN :
Kesetiaan?
Sulit untuk kumengerti.
ANGGUN :
Gondan.
Bila kau tak mengerti, makin terasa keharuan menusuk ke dalam diri.
GONDAN :
Tapi
kau perlu terharu melihatku di sini. Janji kita sebelum kau berangkat, tetap kupegang erat. Bisakah kau lupa?
Anggun Nan Tongga ! (pergi meninggalkan Gunung Ledang)
ANGGUN :
Gondan
!!! Gondan Gondoriah !!!
BABAK III
Balaia kapa
sikundandan
Di lapeh dari bada
teleang
Usah lamo tuan
bajalan
Cameh di denai tingga
surang
Guruah
patuih panubo limbek
Limbek
di tubo di pamancua
Tujuah
ratuih carikan ubek
Dek
batamu mangko ka hancua.
(GONDAN MELANJUTKAN
PERJALANNYA, HINGGA AKHIRNYA TERDAMPAR DIBIBIR PANTAI DAN BERTEMU DENGAN PUTI
INTAN KORONG)
INTAN KORONG :
Gonda, apa yang kau lakukan disini ?
sendirian pula. Mana Anggun Nan Tongga ?
kekasihmu.
GONDAN :
tak perlu kau mengatakan dia kekasihku,
tapi Anggun kekasihmu !
INTAN KORONG :
Owaikkk, apa yang kau katakan Gondan
?
GONDAN :
tak perlu kau berpura tak mengetahui
maksud pembicaraan ini Puti Intan Korong.
INTAN KORONG :
sumpah, aku tak mengetahui apa
maksud perkataan mu itu Gondan.
GONDAN :
Nangkodo Baha, seorang Laksamana
penakluk negeri, beridi di laut tiada tandinganya,
suami mu !! aku bertemu dengannya, dan dia telah mencerikan semuanya kepadaku tentang kisah percintaan kau dengan Anggun Nan Tongga. Ku percayai kau untuk menemani Anggun dalam perjalan laut, ku anggap kau seorang
sahabat yang bisa kupercayai, tapi kau tikam aku dari
belakang.
INTAN KORONG :
Kau percayai perkataan banjingan itu
Gondan ?
GONDAN :
sedikit banyak yang kupahami
mengenai hal ini Intan, tapi Bila
wanita berada pada nafsunya.
Kemuliaan bagi wanita adalah pasrah, karena memilih
baginya pedih. Bila kelicikan wanita berhenti, itulah waktu baginya memuliakan hati. Mahkota akan
kembali kepada pemiliknya. Wanita
yang tidur bersama panas kemuliaannya dalam keraguan kini bangun di antara nafsu dan kasih
sayang.
INTAN
KORONG :
Lancang,
kau menghinaku dengan sebuah kekuasaan, harta dan mahkota yang tertera pada diri seorang lelaki. Aku tak seburuk
yang kau pikirkan Gondan, matamu
buta akan tajamnya kecemburuan yang menglingkari
perasaanmu Gondan.
GONDAN :
Itu
kenyataan yang kuterima! Nyatanya kau tak berani pulang ke tiku pariaman untuk berjumpa denganku, kau
tetap bertahan di kampung orang. Padahal
kau berangkat bersama dengan Anggun Nan Tongga.
INTAN KORONG :
bukan maksud hati tidak ingin
menemuimu atau kembali mengantar Anggun
ke Tiku pariaman. Tapi ada maksud hati yang kucari di pantai seberang. Gondan, kuharapkan kau percaya
kepadaku, apa yang dikatakan
oleh Nangkodo Rajo adalah kebohongan. Sebab kebenaran Nangkodo Rajo belum tentu untuk kita semua !
GONDAN :
Membela diri memang perlu, tapi
tidak perlu membunuh yang lain.
INTAN KORONG :
kepercayaan tumbuh pada berita
pertama yang datang, sedangkan berita
yang kedua selalu disangsikan, mengapa begitu ?
GONDAN :
Sepenuhnya aku belum percaya.
Sekiranya kau merasa apa yang kau lakukan
itu benar, ceritakan kebenaran itu padaku.
INTAN KORONG :
Baik, akan kucerikan, apa yang
terjadi Gondan, sebab aku yang menemani
Anggun menyeberangi lautan untuk mencari mamaknya yang di tawan di pulau Jawa, atas izinmu pula ku menemani kekasihmu.
Mungkin kau bisa percayai itu
padaku.
GONDAN :
ceritakan apa yang terjadi selama
Anggun berlayar denganmu.
PAUSE
NANGKODO :
Jangak!
Perempuan jangak!
ANGGUN :
Kau sumpahi istrimu, Nangkodo Baha.
Kau sumpahi istrimu, Nangkodo Baha.
NANGKODO :
Biar
dia terjun ke laut! Tak ada guna istri mencintai lelaki lain!
ANGGUN :
Kau
tentu cemburu padaku, tapi janganlah dijadikan sebab untuk menghinanya. Dia dulu berangkat atas kehendak
Puti Gondan Gondoriah, di
tugaskan jadi juru bahasa kita.
NANGKODO :
Mengadulah
pada lelaki itu, Intan Korong! Dari Makkasar kau kubawa. Ku kawini sebagai istri seorang
Laksamana Nangkodo Rajo. Kedudukan dan kehormatan
yang tinggi bagi wanita yang tidak tahu asal usulnya. Kini kau bercumbu di depanku dengan seorang
putra mahkota yang juga telah
berlaku serong terhadap kekasihnya!
INTAN
KORONG :
Begitu
lancang kau, Nangkodo Rajo. Bukankah kau dulu yang mendesakku untuk ikut dengan kapalmu? Agar aku dapat
berjumpa dengan kekasihku?
Sementara, pelayaran yang panjang kau desak aku satu pilihan. Tenggelam di lautan atau memilih kau suami pujaan.
Kini kau cemburu pada Anggun, karena
aku sering berada di dekatnya. Bila aku bicara
padanya, perihal nasib, apakah aku dianggap telah berbuat serong sebagai istri.
NANGKODO :
Pintar
kau bicara, betina! Tidak salah kalau mulutmu memang dua!
INTAN
KORONG :
Bicaramu
tak sepadan dengan kehormatanmu.
NANGKODO :
Kehormatanku
terletak pada kekuasaanku.
INTAN
KORONG :
Kekuasaan
di sini tidak terlalu tinggi.
NANGKODO :
Memang
lebih tinggi harga seorang putra mahkota! Terkecuali harga dirinya!
ANGGUN :
Nangkodo
Rajo! Kalau kau merasa istrimu menjadi beban, lepaskan dia dari siksaan.
NANGKODO :
Kemudian
kau akan berbulan madu sebelum habis iddahnya?
ANGGUN :
Pikiranmu
telah merusak dirimu sendiri.
NANGKODO :
Nafsumu
telah memisahkan aku dengan istriku.
ANGGUN :
Aku
tidak pernah di ajar menyentuh hak orang lain.
NANGKODO :
Tapi
kau lakukan karena berkuasa. Orang lain tak berarti sama sekali bagimu.
ANGGUN :
Baik.
Kuikuti kecemburuanmu sampai ke ujungnya! Laksamana! Berikan tanda
penyerahan Intan Korong padaku! Ayo, Laksamana!
PAUSE
INTAN KORONG :
itu
lah yang terjadi, hingga Nangkodo Baha memisahkan diri dari kapal, dan pergi berlayar ketempat lain.
GONDAN :
lalu
kau ?
INTAN KORONG :
aku
? tetap ku temani Anggun Nan Tongga sampai pencarian mamaknya di Koto Tanau, yang akhirnya berjumpa dengan Puti
Andami Sultan.
GONDAN :
Puti
Andami Sultan ?
INTAN KORONG :
Iya,
Istri putra Mahkota Anggun Nan Tongga, adik dari Dandami sultan Raja Tumanggung Kayo.
GONDAN :
hal ini yang membuat aku kecewa,
hingga akhirnya aku melarikan diri dari
tiku pariaman untuk menghidari Anggun Nan tongga, sebab kekecewaan dalam diri sudah mendalam.
INTAN KORONG :
Baru aku mengerti hingga kau sampai
disini. Kecemburuan dan kekecewaanmu
yang membawa kau ketempat ini. Tak kusangka, Gondan
Seorang wanita yang kukenal polos dan pasrah tanpa mengenal sebuah arti, kiranya nekat melarikan diri ke
kampung orang, menyeberangi
luasnya lautan hanya karena perasaan yang tersakiti. Siapa yang memberi kabar bahwa Anggun beristri Puti Andami
Sultan ?
GONDAN :
Burung Nuri yang pandai bicara !
INTAN KORONG :
oh iya, Burung nuri, salah satu
mainan yang kau minta ke Anggun sebelum
ia berangkat menyeberangi laut luas. dan kiranya, permintaanmu yang menghancurkan penantianmu Gondan. Menghancurkan semua harapanmu, membuat buta
matamu akibat kecemburuanmu. Seandainya
kau tak meminta apapun ke Anggun sebelum
ia berangkat menyebrangi lautan yang luas, mungkin kau tak akan berpisah dengannya.
GONDAN :
permintaan ku hanya tanda kesetian
Anggun Nan tongga kepada cintanya.
INTAN KORONG :
dan kurasa, Anggun Nan Tongga telah
membuktikannya.
GONDAN :
Iya, Anggun memang telah
membuktikannya, tapi tak harus mengorbankan
hatinya dan kekasihnya. Ia ingkari janji-janjinya, bahkan ia baharui segala makna, tapi ia lupa makna
sebuah cinta.
INTAN KORONG :
ia lakukan itu hanya untuk menuruti
permintaanmu Gondan, membuktikan
tanggung jawabnya atas janji yang telah ia pegang teguh kepadamu, Ia relakan hatinya hanya untuk kekasihnya.
GONDAN :
Bijak bicaramu Puti Intan Korong !
INTAN KORONG :
kuperlajari hal ini dari seorang
lelaki putra Mahkota yang berjuang dalam keluarga
dengan hati yang ditinggalkan di kampung halaman. Kini kembali lah kau ke Tiku Pariaman, jumpai kekasihmu.
GONDAN :
Tidak, biarkan aku tetap
disini. apa daya ku sebagai seorang
wanita. Hilang pantai negeriku,
telah hilang pula kesucianku. Terlalu mahal kubayar
kekecewaan dan penantianku hanya untuk seorang kekasih yang mengkhianatiku.
INTAN KORONG :
tak seharusnya kau berbicara seperti
itu Gondan, pulanglah dan temui kekasihmu
dia telah berjuang hidup dan mati di rantau orang, dan kembali hanya untuk menemuimu.
GONDAN :
tidak ! tidak akan aku menemuinya,
biarkan saya mati bersama laut ini, kekecewaan
yang mendalam akan hanyut terbawa gelombang ombang
bersama cinta yang terpendam.
Cando karakok tumbuah dibatu
Antah bilo hujan manyiram
Mato sabak hati den pilu
Den tahan tangih jatuah kedalam
Di
sikkek juo di agi tanco
Rambuk
ruruk kalimumu basarang
Di
kabek juo di agih tando
Cinto
jo awak kawin jo urang
Karambi condong tapi pasi
Awan mambarek dari tunggaro
Padih ditutup sepuluh jari
Malawan hati ndak ado guno
Kilek
mambalah di langik sanjo
Baderek
awan manangguk ujan
Sasek
mengintai mambaik ibo
Untung
parasaian indak takatokan
Bulan sajo manyondok ari
Pabilo Nampak bintang di langik
Gamang muluk manyulam janji
Rindu badarak hati takapik
SELESAI
!!!!!
Dendang
Siboga lampu ba beleng
Nampak nan dari ujung bawang
Disangko bumi nan teleng
Ruponyo bapindah kasih sayang
Duo
tigo kucing balari
Balari
juo si kucing balang
Duo
tigo litak mancari
Indak
sarupo samo nan hilang
Karak di serak di ateh pinggan
Di masak samo minyak santan
Bacakak bintang samo bulan
Ombak di lawik nan manangguangkan.
Izin pakai naskahnya kak.
BalasHapusPenulisnya siapa kak ?
BalasHapusPenulis Rizki Asdiarman
BalasHapusSilahkan bagi teman2 yang ingin menggunakan naskah ini, dan cantumkan nama penulisnya 'Rizki Asdiarman' untuk info lanjut tentang naskah ini atau ingin berdiskusi tentang naskah ini silahkan Hubungi nomor 085264453930, teman2 juga bisa menshare info pementasan naskah ini, jika jaraknya terjangkau penulis akan hadir untuk melihat pementasan teman-teman.
BalasHapus