Ekspedisi Kincah Jambi 2



komunitas Teater Langkah Fakultas Ilmu Budaya Unand, yang sebelumnya, pada pada tahun 2011 menapaki jejak di kota jambi dengan membawa pementasan Anak Lanun karya  Pinto Anugrah dan Primordial karya S Metron M, kini kembali mengukir jejaknya di ekspedisi kincah Jambi II, dengan membawa dua pementasan Teater, yakni, pementasan makam di pertuan karya Wisran Hadi dan Jam Dinding yang Berdetak Karya Nano Riantiarno, yang berencana akan di pentaskan di taman Budaya Jambi, pada Bulan November.

Usai menampakan taringnya di Kota jambi pada beberapa waktu silam, Komunitas teater tertua kampus ini kembali menepaki jejaknya. Dengan mengebrak kesenian teater dikota jambi dalam tujuan memperkenalkan kembalinya Teater kampus tertua ini, bahwasannya Teater Langkah masih hidup dilingkungan Sumatera Barat.

“dengan perencanaan yang matang, kami siap untuk mengukir jejak Teater langkah kembali, yang sebelumnya pernah menampakkan taringnya di Kota Jambi. Hal yang sama kami berikan pada masyarakat Kota Jambi, yakni berupa Hiburan kesenian teater, namun dengan kemasan yang berbeda. Kami sajikan Pementasan ini untuk terus meningkatkan kreativitas masyarakat dalam menciptakan karya Seni, sebab selain pementasan kami juga mengelar diskusi Teater”. Ujar Meksi RN selaku Pimpro pementasan.

Dua pementasan yang akan di sajikan di kota jambi berupa pementasan Teater dengan naskah Makam di pertuan karya Wisran Hadi sutradara Zulfikar dengan sinopsis “koto tingga, negeri yang ditinggalkan, sekarang berubah menjadi negeri wisatawan, dengan makam yang dipertuankan. Setiap ada pengunjung yang datang, setiap itu pula dilakukan upacara adat dan menari mengelilingi kuburan. Koto tingga benar-benar telah berubah semenjak kedatangan tokoh malin dan puti serok ke koto tingga ini, namun apa jadi kalau makan di pertuan ini hanyalah dusta”. Sedangkan pementasan yang satu lagi dengan naskah jam dinding yang berdetak karya nano riantiarno sutradara Arif H dengan sinopsis “sejak kemiskinan itu datang, semua berubah, tidak ada lagi kemesraan, keramahan dan kasih sayang dikeluarga ini. Semua barang-barang habis terjual, yang tinggal hanyalah jam tua yang tinggal rongsokan sisa kenangan  waktu ulang tahun pernikahan yang pertama, 25 tahun lalu”.

Dengan salah satu tujuan membangun kesadaran dan membuka wacana pemain atau penikmat bahwa  kreativitas dari penggarapan teater panggung ini dapat dijadikan wadah, sebagai  media ekspresi dan pencerahan hidup dari sebuah lakon dan menjadikan proses kreatif  yang berkesinambungan bagi anggota kelompok, selain itu juga menggungah keberadaan teater kampus di sumatera barat, baik yang “mati suri” ataupun  yang sudah tidak aktif lagi untuk kembali memperdengarkan gaung keberadaan mereka.

Meksi juga menambahkan pementasan ini kami sajikan kepada seluruh masyarakat kota jambi, baik berupa mahasiswa, siswa, pelajar SMP dan SMA, perantau minang yang berada di jambi dan wisatawan dengan satu tujuan sebagai hiburan kesenian.

“Namun dalam hal ini, kami masih sangat terkendala masalah dana, yang di perkirakan untuk keberangkatan kita sangat membutuhkan dana cukup besar, namun sampai saat ini dana yang terkumpul belum maksimal untuk mempersiapkan keberangkatan tersebut, padahal waktu yang untuk keberangkatan tinggal beberapa minggu lagi” tegas silvia ningsih selaku sekretaris pementasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM FEED

@pesonamata